Heather Donahue, Michael C. Williams dan Joshua Leonard berencana untuk membuat sebuah film dokumenter tentang legenda lokal “Blair Witch” di Burkittsville, Maryland. Untuk mendukung filmnya, Heather yang bisa dibilang berperan sebagai sutradara, tidak lupa menyertakan beberapa interview dengan penduduk setempat. Tentu saja cerita-cerita menyeramkan tentang hutan yang akan dituju oleh Heather dan kawan-kawannya tidak digubris, alih-alih menganggap kisah tentang penyihir dan seorang pembunuh sebagai sebuah peringatan, mereka anggap itu sebagai “pelengkap” kisah dokumenter dan lanjut pergi ke hutan di utara Burkittsville. Awalnya perjalanan mereka menyenangkan, penuh semangat untuk menyibak misteri penyihir dari Blair, masuk jauh ke dalam hutan, lalu menemukan pemakaman kuno. Namun semakin Heather dan kawan-kawan masuk lebih dalam ke hutan, ketiganya akan menemukan bahwa mereka sedang “dipermainkan” oleh hutan Burkittsville. Cerita penduduk lokal ternyata memang bukan isapan jempol ataupun dongeng sebelum tidur belaka, sudah terlambat bagi mereka untuk kembali.
PENDAPAT
“The Blair Witch Project” yang dari awal punya kuasa lebih untuk mengurung penonton dalam penasaran, tidak serta merta menyia-nyiakan rasa penasaran yang sudah terbangun dengan susah payah itu. Daniel dan Eduardo punya kejutan-kejutan menarik yang telah disiapkan untuk menambal rasa penasaran kita tentang apakah legenda penyihir itu benar ada, sekaligus meyakinkan Heather dan kawan-kawannya bahwa mereka telah melakukan perjalanan yang bodoh. Namun perjalanan bodoh itu justru menjadi satu-satunya hiburan adrenalin yang seru, sesekali menantang keberanian penonton, ditemani konflik-konflik antara Heather, Michael dan Joshua ketika hutan berhasil membuat keberanian mereka luntur dan semangat mereka patah. Sedangkan penonton sukses “disihir” mengikuti film ini, ketakutan bareng mereka. Dengan bujet kurang dari satu juta dolar, “The Blair Witch Project” kemudian berhasil mengantongi hampir $250 juta, sebuah pencapaian yang luar biasa untuk film horor, yang kemudian disusul oleh “Paranormal Activity”. Kedua film ini memang saling berbagi kesamaan, film horor sederhana yang “pelit” penampakan tapi efektif untuk urusan menakut-nakuti.