SINOPSIS
“Ketika berjumpa dengan seorang prajurit US Navy SEAL yang masih aktif bertugas, Anda akan dapat merasakan sebuah intensitas dan aura yang hampir tidak mungkin untuk ditiru oleh orang awam. Ia mungkin sudah berlatih dan aktif bertugas selama 20 tahun. Lantas, bagaimana seorang aktor dapat memerankan prajurit tersebut?” demikian ujar sutradara Scott Waugh dalam siaran pers untuk film perang fenomenal terbaru, Act of Valor.
Setelah berhasil menumpas Osama bin Laden dan bajak laut Somalia, US Navy SEAL (pasukan khusus Angkatan Laut Amerika) tengah berada di garda terdepan pasukan keamanan internasional dan menjadi sorotan banyak pihak.
Tentu saja, US Navy SEAL telah berkali-kali digambarkan dalam beberapa film Hollywood sebelumnya seperti GI Jane yang dibintangi Demi Moore dan Navy SEAL yang dibintangi Charlie Sheen. Namun hingga kini, kita belum benar-benar melihat sosok penggambaran alami dari para prajurit tangguh tersebut. Sebagai sutradara, Mike McCoy berpendapat bahwa US Navy SEAL dalam pertempuran sesungguhnya, jauh melebihi segala yang dapat digambarkan oleh Hollywood.
Pemeran dalam film Act of Valor sebagian besar terdiri dari prajurit aktif yang bertugas di SEAL. Namun dapatkah para prajurit yang biasa bertempur lantas disuruh berakting? Ya, tapi mereka tidak benar-benar harus (berakting). Mereka cukup dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, dan karena kamera teknologi terbaru, kita serasa seperti lalat yang bisa “terbang” menjelajah di sekeliling di dinding kapal selam, di dalam senapan milik penembak jitu, dan di dalam masker penyelam milik SEAL. Hasilnya adalah sebuah inovasi yang menakjubkan. Ini adalah film bergenre baru.
Cerita ini berdasarkan kejadian nyata. Ketika tim penyelamat agen CIA yang diculik mengarah pada pengungkapan rencana mematikan untuk melawan Amerika Serikat, tim SEAL kemudian dikeluarkan untuk misi “anti-teroris global”. Misi ini layaknya sedang berburu harta karun yang mematikan. Penggambaran operasi khusus ini diseimbangkan dengan menampilkan sisi humanisme para prajurit, seperti komitmen mereka terhadap negara, tim, dan keluarga mereka.
Belum pernah kita lihat sebelumnya dalam film-film sebelumnya tentang keluarnya pesawat siluman milik SEAL, juga kita tidak pernah menyaksikan awak SWCC (Special Warfare Combatant-Craft) kapal perang dalam tindakan yang nyata. Kapal operasi khusus Mark V SEAL tampak seperti predator laut, berwarna hitam kelam, mengeluarkan beberapa pesawat siluman, dengan mesin yang tampak seperti monster, dan mampu bergerak secepat hiu mako.
Dalam sebuah adegan yang menegangkan, para SEAL melarikan diri dengan mengendarai truk langsung masuk ke sungai hutan dan berenang di dalam air. Awak perahu kemudian menyelamatkan mereka tepat waktu, sambil menghadapi rentetan hujan peluru, benar-benar sebuah penghancuran yang kira-kira dapat menghabiskan enam truk peluru.
Tembak-menembak memang dibuat sangat nyata dan banyak dalam film ini. Suara ringkikan desibel tinggi miniguns yang ditembakkan dari perahu, dan rentetan senapan mesin dari kaliber 50 sudah cukup untuk membuat ujung rambut Anda berdiri.
Para aktor yang dipilih untuk film ini bukan dari kalangan bintang yang ternama, sehingga mereka mampu berbaur dengan baik dengan para awak SEAL yang sesungguhnya. Demikian juga, aspek fakta dan fiksi yang mampu terjalin dengan mulus. Satu-satunya aspek dalam film yang sedikit lemah adalah sulih suara, yang kemungkinan besar dilakukan oleh para awak SEAL sungguhan. Rekaman pertempuran, meskipun tidak benar-benar nyata, namun tetap tergolong realistis dalam arti bahwa SEAL diberikan kebebasan oleh pemerintah untuk merencanakan dan melaksanakan misi sama seperti mereka akan dalam situasi pertempuran nyata.
Ini jarang terjadi di film yang banyak diperankan oleh non-aktor, namun di Act of Valor, situasi ini bekerja dengan baik untuk sebagian besar adegan. Inti dari cerita ini adalah tentang sekumpulan pria yang tenang, rendah hati, tampan namun tidak tampak menonjol pada pandangan pertama, dan berkata bahwa perjalanan hidup yang mereka tempuh ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan, karena pelatihan militer dalam SEAL merupakan pelatihan yang terberat di dunia.
Organisasi ini menginginkan pria yang lebih suka mati daripada menyerah. SEAL memiliki kapasitas manusia super untuk tetap bertahan sampai kematian dalam menghadapi ketakutan dan kesulitan yang ekstrem, sungguh tak terbayangkan oleh kaum awam. Seorang SEAL yang memiliki berat badan 65 kg dapat berlari hingga sejauh 20 km dengan membawa tas berbobot ratusan kilogram di punggungnya. Itu baru tahap awalnya.
Seorang mantan SEAL, dalam wawancara dengan majalah Men’s Journal baru-baru ini, menggambarkan bahwa sebuah tindakan kepahlawanan hanya menjadi sah jika Anda tidak memberitahukan kepada siapa pun tentang hal itu. “Jika tidak ada yang mengetahui Anda naik ke puncak Everest, akankah Anda melakukannya?”
PENDAPAT
Act of Valor merupakan genre film baru. Heroisme yang diuraikan di atas para sosok yang rendah hati dan pola pikir yang dilandasi kesabaran dalam SEAL, adalah wawasan baru ke dalam kredo prajurit sejati.
Setelah berhasil menumpas Osama bin Laden dan bajak laut Somalia, US Navy SEAL (pasukan khusus Angkatan Laut Amerika) tengah berada di garda terdepan pasukan keamanan internasional dan menjadi sorotan banyak pihak.
Tentu saja, US Navy SEAL telah berkali-kali digambarkan dalam beberapa film Hollywood sebelumnya seperti GI Jane yang dibintangi Demi Moore dan Navy SEAL yang dibintangi Charlie Sheen. Namun hingga kini, kita belum benar-benar melihat sosok penggambaran alami dari para prajurit tangguh tersebut. Sebagai sutradara, Mike McCoy berpendapat bahwa US Navy SEAL dalam pertempuran sesungguhnya, jauh melebihi segala yang dapat digambarkan oleh Hollywood.
Pemeran dalam film Act of Valor sebagian besar terdiri dari prajurit aktif yang bertugas di SEAL. Namun dapatkah para prajurit yang biasa bertempur lantas disuruh berakting? Ya, tapi mereka tidak benar-benar harus (berakting). Mereka cukup dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, dan karena kamera teknologi terbaru, kita serasa seperti lalat yang bisa “terbang” menjelajah di sekeliling di dinding kapal selam, di dalam senapan milik penembak jitu, dan di dalam masker penyelam milik SEAL. Hasilnya adalah sebuah inovasi yang menakjubkan. Ini adalah film bergenre baru.
Cerita ini berdasarkan kejadian nyata. Ketika tim penyelamat agen CIA yang diculik mengarah pada pengungkapan rencana mematikan untuk melawan Amerika Serikat, tim SEAL kemudian dikeluarkan untuk misi “anti-teroris global”. Misi ini layaknya sedang berburu harta karun yang mematikan. Penggambaran operasi khusus ini diseimbangkan dengan menampilkan sisi humanisme para prajurit, seperti komitmen mereka terhadap negara, tim, dan keluarga mereka.
Belum pernah kita lihat sebelumnya dalam film-film sebelumnya tentang keluarnya pesawat siluman milik SEAL, juga kita tidak pernah menyaksikan awak SWCC (Special Warfare Combatant-Craft) kapal perang dalam tindakan yang nyata. Kapal operasi khusus Mark V SEAL tampak seperti predator laut, berwarna hitam kelam, mengeluarkan beberapa pesawat siluman, dengan mesin yang tampak seperti monster, dan mampu bergerak secepat hiu mako.
Dalam sebuah adegan yang menegangkan, para SEAL melarikan diri dengan mengendarai truk langsung masuk ke sungai hutan dan berenang di dalam air. Awak perahu kemudian menyelamatkan mereka tepat waktu, sambil menghadapi rentetan hujan peluru, benar-benar sebuah penghancuran yang kira-kira dapat menghabiskan enam truk peluru.
Tembak-menembak memang dibuat sangat nyata dan banyak dalam film ini. Suara ringkikan desibel tinggi miniguns yang ditembakkan dari perahu, dan rentetan senapan mesin dari kaliber 50 sudah cukup untuk membuat ujung rambut Anda berdiri.
Para aktor yang dipilih untuk film ini bukan dari kalangan bintang yang ternama, sehingga mereka mampu berbaur dengan baik dengan para awak SEAL yang sesungguhnya. Demikian juga, aspek fakta dan fiksi yang mampu terjalin dengan mulus. Satu-satunya aspek dalam film yang sedikit lemah adalah sulih suara, yang kemungkinan besar dilakukan oleh para awak SEAL sungguhan. Rekaman pertempuran, meskipun tidak benar-benar nyata, namun tetap tergolong realistis dalam arti bahwa SEAL diberikan kebebasan oleh pemerintah untuk merencanakan dan melaksanakan misi sama seperti mereka akan dalam situasi pertempuran nyata.
Ini jarang terjadi di film yang banyak diperankan oleh non-aktor, namun di Act of Valor, situasi ini bekerja dengan baik untuk sebagian besar adegan. Inti dari cerita ini adalah tentang sekumpulan pria yang tenang, rendah hati, tampan namun tidak tampak menonjol pada pandangan pertama, dan berkata bahwa perjalanan hidup yang mereka tempuh ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan, karena pelatihan militer dalam SEAL merupakan pelatihan yang terberat di dunia.
Organisasi ini menginginkan pria yang lebih suka mati daripada menyerah. SEAL memiliki kapasitas manusia super untuk tetap bertahan sampai kematian dalam menghadapi ketakutan dan kesulitan yang ekstrem, sungguh tak terbayangkan oleh kaum awam. Seorang SEAL yang memiliki berat badan 65 kg dapat berlari hingga sejauh 20 km dengan membawa tas berbobot ratusan kilogram di punggungnya. Itu baru tahap awalnya.
Seorang mantan SEAL, dalam wawancara dengan majalah Men’s Journal baru-baru ini, menggambarkan bahwa sebuah tindakan kepahlawanan hanya menjadi sah jika Anda tidak memberitahukan kepada siapa pun tentang hal itu. “Jika tidak ada yang mengetahui Anda naik ke puncak Everest, akankah Anda melakukannya?”
PENDAPAT
Act of Valor merupakan genre film baru. Heroisme yang diuraikan di atas para sosok yang rendah hati dan pola pikir yang dilandasi kesabaran dalam SEAL, adalah wawasan baru ke dalam kredo prajurit sejati.