SINOPSIS
Sutradara Tim Burton kembali membesut sebuah film dengan ciri khasnya. Kali ini bekerja sama dengan Walt Disney Pictures, ia mempersembahkan ‘Frankenweenie’.
Sebelum menyutradarai film pertamanya pada pertengahan dekade 1980an, Tim Burton pernah menyutradarai pementasan drama komedi berdurasi 30 menit, Frankenstein, untuk Disney.
Film Frankenweenie ini seperti menjadi prequel bagi cerita Frankenstein yang kita kenal. Cerita asli Frankenstein sendiri diangkat dari novel ‘Frankenstein; or, The Modern Prometheus’ yang ditulis oleh Mary Shelley.
Ceritanya mengenai seorong tokoh bernama Victor Frankenstein, seorang ilmuwan jenius yang terobsesi menghidupkan makhluk ciptaannya.
Jauh sebelum menciptakan sesosok monster, dikisahkan Victor (Charlie Tahan) kecil yang masih berusia 11 tahun pernah memiliki seekor anjing setia bernama Sparky.
Victor sangat menyayangi peliharaannya itu, bahkan sehari-harinya selain untuk melakukan uji coba ilmiah, lebih banyak dihabiskan bermain bersama Sparky, bukan bersama teman-teman sebayanya.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana sedihnya Victor ketika Sparky mengalami musibah tertabrak mobil dan mati. Hari-harinya menjadi kelabu.
Namun, sebuah gagasan cemerlang datang ketika melihat guru IPA-nya, Tn. Rzykruski (Martin Landau) menunjukkan bangkai seekor kodok yang dialiri listrik dapat bergerak.
Gurunya menjelaskan bahwa otot dan syaraf makhluk hidup bisa terus aktif setelah mati jika dialiri arus listrik. Hal ini membuat Victor bersemangat untuk menghidupkan kembali Sparky dan berhasil. Namun, semuanya berjalan tidak seperti yang ia harapkan.
Selain menghadapi kepanikan penduduk kota, Victor juga menghadapi kenyataan bahwa teman-teman sekolahnya mengetahui rahasianya dan berupaya menghidupkan kembali binatang peliharaan mereka masing-masing.
PENDAPAT
Meskipun Frankenweenie masih setia dengan tema-tema kematian yang banyak dibawakan oleh Tim Burton dalam film-filmnya selama beberapa tahun terakhir, namun Burton mampu menghadirkan satu sentuhan yang selama ini terasa telah hilang dalam karya-karya Burton yang terlalu bernilai komersial: hati. Frankenweenie jelas terasa merupakan sebuah karya yang personal bagi Burton dan kemudian membuatnya berhasil mengarahkan film animasi ini sebagai sebuah film yang hangat, menghibur, emosional namun tetap tidak melupakan unsur mencekam dari jalan ceritanya – yang sekaligus membuat Frankenweenie unggul jauh dari kebanyakan film-film animasi yang dirilis tahun ini. Sebuah karya yang mudah-mudahan menjadi awal penyegaran bagi karya-karya Burton di masa yang akan datang.
SCREENSHOTS
Sebelum menyutradarai film pertamanya pada pertengahan dekade 1980an, Tim Burton pernah menyutradarai pementasan drama komedi berdurasi 30 menit, Frankenstein, untuk Disney.
Film Frankenweenie ini seperti menjadi prequel bagi cerita Frankenstein yang kita kenal. Cerita asli Frankenstein sendiri diangkat dari novel ‘Frankenstein; or, The Modern Prometheus’ yang ditulis oleh Mary Shelley.
Ceritanya mengenai seorong tokoh bernama Victor Frankenstein, seorang ilmuwan jenius yang terobsesi menghidupkan makhluk ciptaannya.
Jauh sebelum menciptakan sesosok monster, dikisahkan Victor (Charlie Tahan) kecil yang masih berusia 11 tahun pernah memiliki seekor anjing setia bernama Sparky.
Victor sangat menyayangi peliharaannya itu, bahkan sehari-harinya selain untuk melakukan uji coba ilmiah, lebih banyak dihabiskan bermain bersama Sparky, bukan bersama teman-teman sebayanya.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana sedihnya Victor ketika Sparky mengalami musibah tertabrak mobil dan mati. Hari-harinya menjadi kelabu.
Namun, sebuah gagasan cemerlang datang ketika melihat guru IPA-nya, Tn. Rzykruski (Martin Landau) menunjukkan bangkai seekor kodok yang dialiri listrik dapat bergerak.
Gurunya menjelaskan bahwa otot dan syaraf makhluk hidup bisa terus aktif setelah mati jika dialiri arus listrik. Hal ini membuat Victor bersemangat untuk menghidupkan kembali Sparky dan berhasil. Namun, semuanya berjalan tidak seperti yang ia harapkan.
Selain menghadapi kepanikan penduduk kota, Victor juga menghadapi kenyataan bahwa teman-teman sekolahnya mengetahui rahasianya dan berupaya menghidupkan kembali binatang peliharaan mereka masing-masing.
PENDAPAT
Meskipun Frankenweenie masih setia dengan tema-tema kematian yang banyak dibawakan oleh Tim Burton dalam film-filmnya selama beberapa tahun terakhir, namun Burton mampu menghadirkan satu sentuhan yang selama ini terasa telah hilang dalam karya-karya Burton yang terlalu bernilai komersial: hati. Frankenweenie jelas terasa merupakan sebuah karya yang personal bagi Burton dan kemudian membuatnya berhasil mengarahkan film animasi ini sebagai sebuah film yang hangat, menghibur, emosional namun tetap tidak melupakan unsur mencekam dari jalan ceritanya – yang sekaligus membuat Frankenweenie unggul jauh dari kebanyakan film-film animasi yang dirilis tahun ini. Sebuah karya yang mudah-mudahan menjadi awal penyegaran bagi karya-karya Burton di masa yang akan datang.
SCREENSHOTS