“Street Society’ mengisahkan Rio (Marcel Chandrawinata), seorang pemuda yang selalu melakukan street racing pada malam hari yang selalu disegani kemampuannya dalam membalap ,hingga membuat rivalnya dari Surabaya, Nico (Edward Gunawan) tidak terima dengan kekalahannya, dan menantang Rio kembali untuk re-match di Jakarta. Sayang, Rio menolaknya.
Di Jakarta, Rio bertemu Karina (Chelsea Islan), seorang DJ dari Berlin. Sontak, Rio tertarik untuk mendapatkan cinta Karina. Suatu malam, datanglah Yopie Dompa, anak dari mendiang Mafia bernama Frans Dompa. Terkuaklah fakta bahwa ayah Nico, Benny Wong adalah dalang atas meninggalnya ayah dari Yopie. Sontak , Yopie ingin balas dendam dengan cara menculik Karina dan memaksa Rio membantunya dengan menerima tantangan Nico.
Dengan bantuan Monty (Daniel Topan), Gde (Yogie Tan), Nanda (Kelly Tandiono) dan Bang Frankie, pemilik toko modifikasi (Ferry Salim), Rio berusaha membuat mobilnya terlihat lebih unggul ketimbang Nico.
Akankah Rio menerima tawaran Yopie ?
Siapa sebenarnya Karina ?
REVIEW :
Sebuah tontonan yang jauh melebihi ekspektasi. Abaikan pendapat orang-orang yang menganggap film ini mirip ‘Fast And Furious”. Saya pribadi menganggap menonton film ini seperti sedang menyaksikan gabungan dari “Initial D , Need For Speed : Underground,dan sedikit bumbu FTV cinta ala Indonesia”.
Untunglah, nuansa romantisme tersebut tidak terlalu mendominasi. Awi berhasil menyajikan sebuah twist plot yang shocking ,dan Chelsea Islan patut mendapat pujian atas aktingnya menjadi 2 karakter. Marcel Chandrawinata yang berperan sebagai Rio cukup berhasil menyeimbangkan sisi badboy dan goodboynya. Humor juga terlontar dari karakter Nico yang diperankan Edward Gunawan. logat Jawanya sungguh membuat penonton tertawa, dipadu dengan wajah Chinesenya. cocoklah jika ia mendapat peran Nico.
Jangan lewatkan juga mobil-mobil kelas wahid seperti Lamborghini Aventador, Mclaren, sampai Ferrari yang melintasi jalanan Jakarta hingga sampai ke jembatan Suramadu yang sungguh memukau.
Soundtrack dari ‘Nidji” berjudul “Secepat Kilat” juga cukup membuat film ini terasa cool, apalagi dengan musik techno-electro yang up beat.
“Street Society’ merupakan sebuah terobosan baru ditengah mendominasinya genre Horror dalam perfilman Indonesia. Bukan tidak mungkin sekuelnya akan digarap , dan kita akan kembali melihat serunya mobil-mobil kelas wahid berpacu kecepatan di jalanan .
8,5/10
(http://www.moviexplorers.com/review-street-society-2014/)