SINOPSIS
Comic 8 adalah film komedi aksi yang bercerita tentang delapan orang dari tiga kelompok yang berbeda, merampok satu bank dalam waktu yang bersamaan. Ernest, Ari, dan Kemal mewakili The Gangster; mereka yang udah ahli dan memang hidup untuk berbuat jahat. Lalu ada Babe, Fico, dan Bintang yang tergabung dalam gerombolan The Amateurs; anak gang sebelah yang nekad nyari uang tambahan. Terakhir, duet Mongol dan Mudy memberi diri mereka label The Freaks; yang mengingatkan gua akan duo Tenacious D.
Chaos terjadi saat 3 kelompok ini berebut uang hasil rampokan dan polisi mengepung bank. Kedelapan rampok yang awalnya bersaing dan saling menjatuhkan, akhirnya bahu membahu supaya bisa keluar dari kepungan polisi.
Alur cerita Comic 8 dibuat maju mundur, namun asiknya, ga membingungkan. Seperti main puzzle, penonton diajak untuk memasang dan mengurut-ngurutkan adegan dengan panduan yang sangat jelas. Contohnya, Fajar Umbara (penulis cerita) dengan cerdik memakai tukang delivery pizza sebagai titik yang membalikkan cerita ke masa kini. Kemunculannya dibuat sedemikian seru dan comical sehingga membuat penonton ga mungkin lupa kalo orang ini berada di alur masa kini.
Plot ceritanya sendiri udah jadi pertanda cerdiknya Fajar. Akan ada momen di mana penonton dibuat ber-“Oh?”, “Eh?”, “Lho?”, “Kok?”, “Walah!”, atau ber-“Anjis! Ternyata begini!”. Plot twisting yang berlapis dan mengejutkan jadi primadona dari Comic 8. Tentunya selain adegan menembak Nikita Mirzani dan dadanya yang bergetar.
Eh, oh, sampai di mana tadi? Oh iya, primadona.
Permainan kamera slow motion mode juga jadi primadona tersendiri di film ini. Slow motion mode saat tembak-tembakan membuat gua teringat akan film Sherlock Holmes: The Game of Shadows. Meski belum sekelas Guy Richie, permainan kamera model begini oleh sineas Indonesia udah boleh banget lah.
Props-nya pun keren. Suara dan percikan api yang dihasilan dari setiap tembakan membuat gua berkomentar, “Niat banget euy!” Suara tembakannya ya emang kayak suara tembakan yang sering kita denger di film-film luar. Ga kayak suara petasan di kondangan orang Betawi. Suaranya ya DOR-DOR-DHUAR, bukan TOR-TAR-TOR-TAR-KAWIN-KAWIIIN! Meski sesekali ada efek api dan ledakan kayak di sinetron Indosiar, itu jadi termaafkan oleh scene meledaknya brankas utama yang terlihat nyata. Epic.
Lalu gimana akting delapan stand up comedian yang jadi poros utama film ini?
Harus diakui, akting mereka ternyata oke juga. Bahkan menurut gua, ada beberapa comic yang sepertinya akan punya karier panjang di dunia layar lebar.
Ernest Prakasa, contohnya. Dengan postur ideal dan mimik yang meyakinkan, Ernest pas banget jadi gangster. Adegan yang paling keren adalah ketika Ernest menggrebek rumah bandar narkoba. Pose dan gestur tubuhnya saat menembak membuat dia terlihat kayak ga akting, tapi emang udah biasa megang senjata. He was like Cho Yun Fat without the fat. His acting was believable.
Ditambah lagi, di tengah kurangnya dunia perfilman kita akan aktor berparas Cina, sepertinya Ernest bisa memanjangkan langkahnya dan menggantikan posisi Delon di acara infotainment setiap Natal dan Imlek. Layak kita tunggu film Ernest berikutnya… dan kemunculannya di infotainment.
Selain Ernest, yang layak dapat sorotan lagi adalah Babe Cabita. Sumpah nih orang kocak banget. Logat Batak dan mukanya yang galak-tapi-dungu berhasil jadi pemantik tawa. Seinget gua, adegan yang melibatkan Babe hampir selalu berhasil menuai tawa dari mayoritas penonton di dalam bioskop. Bukan senyum lho, tapi tawa. Mulai dari ngaku-ngaku jadi pengisi acara sambil joget-joget di pohon, ngambil handphone yang jatuh lalu selfie, bahkan ngangkat telpon dari polisi aja kocak banget. Two thumbs up for Babe!
Selain bertaburan stand up comedian, Comic 8 juga bertaburan selebritas yang cameo di sepanjang film. Biasanya, cameo ya cameo. Numpang lewat, ga penting, hanya sebatas menuh-menuhin nama orang terkenal di poster film dan credit title. Tapi di Comic 8, semua cameo-nya bener-bener kepake. Entah emang terkait alur cerita atau untuk keperluan jokes.
Salah satu kekurangan Comic 8 adalah beberapa adegan yang gua rasa kurang efektif dan kadang membuat bingung atau dragging. Contohnya adegan pertama saat film baru mulai. Selain bingung mencocokkan di mana pasnya puzzle ini dengan alur cerita secara keseluruhan, adegan ini bikin bit rampok-minta-apa jadi terasa garing saat diputar kedua kalinya di set perampokan bank.
Overall, dari segi alur cerita dan plot twisting-nya, Comic 8 mengingatkan gua akan Ocean Eleven, Now You See Me, 21, dan film-film sejenis. Tapi di satu sisi, Comic 8 juga mengingatkan gua akan film-film Stephen Chow dengan jokes-nya yang epic dan comical banget.
Mungkin kalo Ocean Eleven kawin sama Kung Fu Hustle, anaknya ya si Comic 8 ini. Film yang cerdik, seru, dan comical. Atau jika dirangkum ke dalam satu kata yang lebih padat, Comic 8 ini film yang… gokil.
(http://saputraroy.com/2014/02/06/review-comic-8/)