SINOPSIS
Lewat Diary of a Wimpy Kid, penonton akan dikenalkan kepada kehidupan Greg Hefley (Zachary Gordon), seorang anak laki-laki yang baru saja memasuki masa remaja sekaligus baru saja akan menjalani kehidupannya yang baru sebagai seorang siswa sekolah menengah pertama. Dan Greg sangat khawatir tentang masa-masa awal status barunya ini. Tentu saja, masa-masa awal sekolah merupakan sebuah masa yang krusial dimana kesan pertama yang akan diberikan sangat menentukan imej yang akan terus dipegang selama tiga tahun menyelesaikan masa sekolah menengah pertama. Oh, teenagers!
Rodrick (Devon Bostick), kakak Greg yang sering mengganggu kehidupannya, berulangkali mengingatkannya agar untuk selalu berusaha tidak terlihat oleh siapapun agar ia dapat selamat dari kejamnya dunia sekolah menengah pertama. Rodrick juga mengingatkan agar Greg berhenti untuk terlihat selalu bersama Rowley Jefferson (Robert Capron), sahabat karib Rodrick semenjak masa sekolah dasar yang sering berperilaku aneh. Jelas saja berbagai hal yang digambarkan Rodrick mengenai kerasnya kehidupan di masa sekolah menengah pertama membuat Greg menjadi sangat khawatir.
Namun, Greg telah bertekad dengan keras bahwa ia akan selamat dari kehidupan sekolah menengah pertama dan menjadi siswa yang populer di antara siswa lainnya. Akibat tekadnya ini, Greg berubah menjadi seorang remaja yang sedikit paranoid dan melakukan secara cara untuk mendapatkan keinginannya, termasuk memperlakukan sahabat baiknya secara buruk. Walau begitu, kepopuleran jelas bukanlah sebuah hal yang mudah diraih. Dan Diary of a Wimpy Kid menggambarkan bagaimana usaha Greg untuk mencapai hal tersebut.
PENDAPAT
Diangkat dari novel komedi populer karya Jeff Kinney, harus diakui bahwa Diary of a Wimpy Kid adalah sebuah tontonan dengan jalan cerita yang cukup menghibur. Lebih dari sekedar menghibur, jika dilihat lebih seksama lagi, film ini mengandung banyak pesan yang cukup dalam bagi para penontonnya, khususnya mereka para penonton muda yang memang menjadi target audience dari film ini. Sutradara Thor Freudenthal (Hotel for Dogs, 2009) sendiri tidak melakukan banyak perubahan terhadap jalan cerita film ini, termasuk dengan mengadaptasi grafis yang berada di dalam novel menjadi bentuk animasi di dalam film – bahkan seringkali menjadi bagian terbaik dari film ini.
Apa yang ditampilkan di dalam jalan cerita Diary of a Wimpy Kid memang akan cukup mampu mencuri perhatian penontonnya, khususnya mereka yang memang menggemari film-film keluarga sejenis ini. Ceritanya yang memang berfokus penuh pada kehidupan serta dunia para ‘anak-anak yang sedang memasuki masa remajanya’ memang sangat terkesan segmented, hal yang justru bagi sebagian penontonnya malah akan mengurangi ketertarikan mereka dan mengkategorikan film ini hanya menjadi sebuah tontonan anak-anak. Namun, di luar daripada itu, Diary of a Wimpy Kid mampu berjalan dengan cukup lancar dan menghibur dengan para jajaran pemeran muda yang sanggup menghidupkan setiap karakter mereka. Tidak luar biasa namun jelas merupakan sebuah sajian yang cukup berkualitas.