SINOPSIS
Saya selalu kagum jika menyaksikan video timelapse di youtube dimana seseorang menampilkan foto dari perkembangan wajahnya atau keluarganya dalam rentang waktu bulan, tahun, dari sejak ia kecil dan masih berada dibawah asuhan orang tuanya, hingga ketika ia telah wisuda dan mengenal arti cinta. Konsep timelapse itu dipakai Richard Linklater untuk bercerita, sebuah film yang dibuat secara berkala dalam rentang waktu 12 tahun, sebuah perjalanan hidup yang, menakjubkan. Before midnight, before sunset, and before sunrise, there’s Boyhood.
Tahun 2002, anak laki-laki berusia enam tahun bernama Mason Evans, Jr. (Ellar Coltrane) tinggal di Texas bersama saudara perempuannya Samantha (Lorelei Linklater) serta sang ibu, Olivia (Patricia Arquette), yang kini berstatus single mother. Hanya punya kesempatan bersama sang ayah, Mason Sr. (Ethan Hawke), setiap akhir pekan, hingga wisuda satu dekade kemudian Mason harus berjuang menghadapi berbagai masalah yang masuk menemani pertumbuhannya, dari pubertas, seks, hingga sakit hati.
(http://rorypnm.blogspot.com/2014/08/review-boyhood-2014.html)
PENDAPAT
Ya, Boyhood bukan lah sekedar film coming-of-age indie biasa. Berangkat dari idenya yang luar biasa, Linklater membawa tema sederhananya mencapai level baru dalam industri perfilman yang belum pernah dicapai sebelumnya, menyentuh realitas dengan caranya yang sederhana namun berbeda. Boyhood mampu membuat bubuhan makeup terasa begitu old-fashioned dan penuaan alami merupakan trend terbaru, membuat siapapun tersenyum simpul lewat nostalgia yang Linklater tabur sekaligus menegaskan bahwa Boyhood adalah film ter-up-to-date yang pernah ada. Nafasnya sederhana, kisahnya pernah (atau setidaknya akan dialami) oleh 7 milyar manusia di bumi. Tapi, apa yang mampu membuat Boyhood berada di zona berbeda adalah bahwa Richard Linklater tahu semua itu, membiarkannya mengalir begitu saja tapi tanpa pernah membiarkan ritme kisah jatuh, dan masih dengan dihiasi konflik-konflik tajam meski konteksnya tetaplah sederhana. Ini semua, sukses membuat 3 jam durasinya sama sekali bukanlah pengalaman yang melelahkan, melainkan menawarkan sebuah pengalaman sinematik penting yang jarang, atau bahkan tak akan pernah anda temui lagi. Ya, Boyhood dinamai 'Boyhood' karena suatu alasan, dan itu sama sekali bukan alasan yang salah, karena sesuai judulnya, Boyhood mampu membawa kembali waktu, dan membuat kita terjun ke dalamnya. Simply amazing.
(http://rizky-muzakki.blogspot.com/2014/09/review-boyhood-2014.html)